Pages

KSM Nasional 2018, Bengkulu

Ketika pertama kali diberikan tanggung jawab sebagai koordinator ekstra olimpiade, tidak banyak rencana yang muncul di kepala saya. Hal pertama yang perlu dilakukan, adalah membiasakan diri. Termasuk membiasakan diri mengikuti berbagai event lomba. Selain karena kami perlu mencari pengalaman, perlu juga untuk mengasah mental. Kami memang pernah mendapatkan medali di bidang sains, olimpiade, namun belum pernah ada yang melaju sampai level provinsi. Itu tantangan yang pertama.

Selama kurun waktu 2016/ 2017, tahun pertama ekstra olimpiade ini dicetuskan kepala Madrasah, Ustadz Yuniar, belum ada satu event lomba yang kami ikuti mendapatkan medali. Alih-alih medali, untuk melaju ke babak semifinal pun belum pernah. Satu-satunya perlombaan yang kami mampu melaju ke semifinal adalah ketika Pekan Ilmiah Fisika di UIN Walisongo 2017, di semarang kala itu. Di semifinal, kami terhenti. Mindset di kepala saya pun berubah, kami tidak lagi terfokus kepada pola pembiasan diri, tetapi apakah ekstra olimpiade ini sudah tepat sasaran atau belum berkaitan dengan materi-materi yang kami sampaikan kepada anak-anak.

Kemudian tiba pada perlombaan KSM 2017 tingkat Kabupaten. Belum ada sedikit firasatpun yang muncul lomba apa yang akan kami menangi. Kecuali, satu-satunya prediksi yang disampaikan Ustadz Yuniar adalah mapel IPS setidaknya harus dapat juara, entah dari sudut pandang mana beliau meyakininya. Termasuk juga keputusan beliau menambah satu personel Olimpiade IPA atas nama Ahmad Alfata Dzunnuha kala itu. Disatu sisi,  Afa (sebutan untuk Alfata Dzunnuha) pernah ikut seleksi olimpiade untuk mapel matematika, namun tidak lolos seleksi. Kami sempat debat ringan, dengan saya yang agak tidak setuju karena harusnya semua yang ikut ekstra ini adalah mereka-mereka yang harus sudah melewati tahapan seleksi. Namun, Ustadz Yuniar bergeming, dan disinilah, saya menguji segala keyakinan yang terpupuk dari beliau. Sampai pada penentuan 3 siswa yang akan mewakili mapel IPA untuk KSM Kabupaten ini, ada 3 kandidat utama, dengan tidak ada nama Afa sebelumnya di daftar tersebut. Pada akhirnya, kami bersepakat untuk memasukkan nama Afa di daftar melihat hasil terbaru di Pekan Ilmiah Fisika di UIN Walisongo kala itu, dan kebetulan salah satu kandidat harus lama ijin dari Madrasah karena Umroh, sehingga persiapan untuk KSM dikhawatirkan menjadi tidak maksimal.

Hasil KSM Kabupaten menjadi pijakan kami dan meningkatkan kepercayaan diri kami, utamanya saya secara pribadi. Hasil KSM kami mendapatkan 3 piala, dengan rincian juara 2 bidang IPA atas nama Afa, juara 2 IPS atas nama Jonathan dan juara 3 IPS atas nama M. Sunni Thoriq. Di akhir tahun pelajaran tersebut, ekstra olimpiade akhirnya pecah telur, dengan 3 piala tadi. Selanjutnya, kami meloloskan  2 wakil ke tingkat Provinsi atas nama Afa dan Jonathan, artinya, satu sejarah baru telah kami torehkan, kami mensyukurinya.

 Kontingen ketika di tingkat Kabupaten

Kelolosan kami ke tingkat Provinsi bisa disebut sebagai satu hadiah, karena selama beberapa tahun belakangan, hanya yang juara 1 di tingkat Kabupaten yang berhak mewakili ke tingkat provinsi. Namun, juknis tahun tersebut berbeda, dengan juara 1-2 kabupaten berhak mewakili ke Provinsi, di Pemalang waktu itu. Saya hampir memutuskan untuk tidak mendampingi karena harus bertolak ke semarang untuk menyelesaikan Tugas Akhir kuliah saya. Namun, setelah menimbang-nimbang, saya akan datang di hari ke-2 pelaksanaan KSM Provinsi sekaligus pengumuman juaranya. Saya pikir, saat itu adalah momentum, yang mungkin tidak tiap tahun kami dapatkan. Belum tentu, tahun berikutnya kami bisa lolos kembali ke provinsi. Ustadz Yuniar pun mempersilakan segala keputusan di saya. 

Waktu itu jam 4 pagi, saya sudah mengeluarkan sepeda motor saya untuk berangkat dari Semarang menuju ke pemalang. Saya bercerita kepada Ustadz Yuniar dan Ustadz Annas itu tidaklah berat, karena saya katakan pernah bersepeda motor dari semarang sampai tegal, padahal itu konyol, yang sebenanya terjadi, saya belum pernah bersepeda motor sampai tegal. Dan perjalanan saya ke pemalang adalah yang pertama kalinya. Sampai di pemalang tepat jam 6 pagi. Janjian kami menuju hotel, namun di pagi buta tadi, Ustadz Yuniar menelpon bila kemungkinan rombongan dari hotel akan berangkat lebih awal, dengan otomatis mungkin tidak bisa menunggu saya. Saya putuskan untuk langsung menuju tempat lomba saja di MTs N 2 Petarukan. Sampai di sana, saya dilema untuk memarkir motor, karena perkiraan lomba yang sampai sore, dan pengumuman juara dilaksanakan di tempat yang lain. Saya akhirnya menitipkan sepeda motor saya di Kodim Dekat jalan raya, karena selain insya Allah aman, tempat tersebut juga akan selalu buka 24 jam.

 Mendapatkan juara 3 di Tingkat Provinsi

Kami mendapatkan juara 3 mapel IPA tingkat provinsi, dan itu satu-satunya piala yang kami bawa pulang. Untuk lolos ke Nasional, kami perlu menunggu beberapa minggu untuk pengumuman serentak nasional, karena yang berhak melaju ke Nasional adalah yang juara 1 tiap provinsi dan masuk dalam 26 besar nasional. Kebetulan sekali lagi, kami masuk di antara 26 besar nasional tersebut.

Kami bertolak menuju ke nasional, ke bumi rafflesia, bengkulu. Sebagai pengalaman pertama kalinya bagi madrasah kami, hal tersebut tentulah mengesankan. Secara pribadi, tidak ada target yang harus kami kejar, karena mendapat kesempatan untuk bergabung di tingkat nasional ini sudah menjadi pengalaman yang indah bagi kami. Di bengkulu, saya sempat bertemu teman semasa kuliah S1 di UNY dulu, Agita Ryza namanya. Kami sempat mengabadikan beberapa momen kebersamaan.

Bertemu dan bertamu dengan Agit

Sebelum saling melanjutkan perjalanan

Mengabadikan diri di rumah Fatmawati, Bengkulu

Pada hari pertama lomba IPA, Afa tidak mendapatkan nilai yang terlalu kuat, disamping kiri dan kanannya, masih nampak nilai yang lebih tinggi daripadanya. Memang, dia hanya perlu menikmati dan melakukan yang terbaik saja, karena apapun pencapaianya, berada disini, di tahun pertama ekstra olimpiade ini berdiri, sudah lebih dari cukup bagi saya. Saat itu telah tiba, pengumuman hasil lomba disampaikan, tertulis Afa mendapatkan medali perunggu. Sontak, saya tidak percaya, begitupun Ustadz Yuniar. Saya berinisiatif untuk maju ke depan untuk memfoto hasil pengumuman yang ditampakkan di layar depan. Kami membawa pulang medali perunggu. Iya, kami mendapatkannya.

 Mengukir cerita di Bumi Rafflesia

Akan selalu menarik pengalaman ini, bukan hanya karena kita menjalaninya sebagai yang pertama kali lolos ke provinsi, nasional dan mendapatkan medali. Namun lebih kepada setiap proses yang kami lewati, di saat kami sering berdebat ringan mengenai penentuan keputusan anak yang akan berangkat lomba, usaha kami memilih dan mengikuti setiap event dan berbagai perasaan yang pernah terlahir ketika kami gagal, mencoba lagi dan akhirnya mendapatkan prestasi. Semoga perjalanan ini bisa kami lanjutkan di tahun-tahun yang mendatang, sehingga akan banyak pengalaman yang dapat kami simpan sebagai pijakan langkah, bahwa kami pernah berada di titik terendah dan bangkit untuk berdiri sejajar dengan orang-orang terbaik di negeri ini. Sampai jumpa di KSM 2019.

Olimpyqteam, sebuah awal untuk perjalanan yang panjang

Muhammad Irsyad

Tidak ada komentar:

Posting Komentar